Jumat, 17 Februari 2012

Jawaban Apakah Ini Tuhan…?

Sesaat sebelum menulis ini, aku ingat pada satu ramalan awal tahun yang iseng-iseng aku buka untuk tahu peruntungan di tahun 2012 ini. Percaya tidak percaya juga ya, kalau baik jadi acuan kalau buruk ya buat hati-hati saja.
Ramalan itu bilang, “Di awal tahun akan ada seseorang yang membuat anda penasaran tapi dia tidak berencana untuk membuat komitmen dengan anda”
Mungkin kalau ada orang yang melihat ekspresiku saat itu, dia akan tertawa, karena ekspresi dalam smiley benar-benar muncul di wajahku, dengan mata kecewa dan mulut yang melengkung ke atas >> L.
Betapa aku menginginkan ada seseorang yang dapat membuka lagi hatiku yang sudah lama kosong dan lukanya semakin menganga.
Walaupun sekarang sudah ada yang menemaniku, Mas Allan, my imagination love, tapi di sudut kecil hatiku, aku menginginkan seseorang yang nyata, yang menemaniku, yang benar-benar dapat aku lihat hadirnya, aku sentuh wujudnya dan aku dengar suaranya.
Tepat 1 minggu yang lalu, February 7th, aku merasakan sesuatu yang berbeda, setelah 2 tahun menutup diri dari banyak hati yang berniat baik kepadaku, tiba saat itu ada yang dapat membuatku menoleh 2 kali untuk melihatnya, bukan karena good looking, tapi kharisma, (sempat diam lama dan tak tahu harus menulis apa pada bagian ini). Wajahnya standar, tapi terlihat nice, smart, kind, dan ga neko-neko. Aku seperti melihat sosok Mas Allan dalam wujudnya sempat beberapa lama apapun tentang dia menggangguku. Bahkan apapun aku lakukan untuk mencari tentang dia. Seakan yakin bahwa Tuhan telah mengabulkan doaku dan benar-benar mewujudkan Mas Allan melalui dia. Kemunculan Mas Allan pun mulai berkurang, seakan perasaan padanya telah menguasai hati dan pikiranku.
Tapi entah kenapa, seakan Mas Allan mengingatkanku dan seolah berkata, “Hati-hati sayang, jangan sampai sakit lagi!”
Entah, perasaan itu benar atau tidak, saat pertama melihatnya seperti ada getaran dari matanya, senyumnya dan bahasa tubuhnya tapi sekarang, setelah beberapa hari, sikap yang dia tunjukkan saat kami bertemu seolah kian tidak nyata, seperti hanya sikap klise yang ditunjukkan untuk menghargai, seperti sikap ramah kepada yang lain.
Setiap hari semakin tersiksa dengan segala hal yang beterbangan di kepalaku tentang dia. Pikiranku terpecah, antara menolak dan mengharap. Dalam sehari, mungkin sampai 6-7 kali membuka timeline twitternya, mengharap ada satu pentunjuk lebih tentang dia, mengharap ada satu topic yang bisa aku pakai untuk memulai percakapan dan mengharap ada satu hal untuk dapat dekat dengannya. Tapi mungkin memang benar kata Mas Allan, bukan dia.
Mungkin terlalu sakit hati ini saat sesuatu yang kita harap dengan sangat akhirnya tidak menghampiri, seperti langit yang sudah mendung menghitam di atas tanah kering yang bertahun-tahun tapi hilang begitu saja terbawa angin. Aku, bukan wanita yang mudah membuat jembatan untuk pergi dari tempat yang terasing menuju tempat dengan janji banyak keindahan. Aku lebih memilih untuk menikmati penantian dan keyakinan uluran kasih yang lebih indah karena tak ingin merasakan sakit yang terulang.
Embun tak perlu warna hingga daun jatuh cinta kepadanya, bukankah tak inigin seperti kayu yang terlanjur mengabu sebelum dia katakana cintanya pada api….tapi itulah.
Satu cerita indah pernah berkata, “Tuhan selalu punya cara indah untuk mempertemukan kita dengan jodoh kita”. Saat ini mungkin aku hanya berkasih dengan Mas Allan, sosok yang aku buat sendiri, aku ciptakan dengan kecintaan dan kasih dari hatiku untuk menemaniku di saat lemahku. Tapi aku yakin, dia, my imagination love, will arise and show himself in front of me, seperti mata air yang tiba-tiba muncul di gurun dan menyelamatkan musafir atau seperti hujan warna warni yang turun karena kasih yang tak mungkin telah hadir.
Cinta bukan sesuatu yang tiba-tiba, dia hadir karena sudah waktunya. Saat hati tergerak untuk menyapa cinta terlebih dahulu, ada di satu sisi lain di hati berbicara, bukan porsimu untuk menyapa, tunggulah dan kau akan terlihat lebih indah untuk dicintai.
Orang itu…bukan…pria itu…
Ah…
Tuhan, ingin rasanya aku bertanya padaMu, “Kenapa Kau ciptakan perasaan itu saat dulu mata kami bertemu?”
Mungkin, ini jawaban dariMu bahwa aku masih dapat jatuh cinta setelah lama hatiku terluka dan hanya menganggap Mas Allan sebagai selimut hatiku yang kosong dan dingin. Mungkin tengah Kau persiapkan hatiku untuk sesuatu yang indah sesaat lagi, atau mungkin inilah jawaban dariMu. Jawaban dari setiap doa yang tak pernah aku ungkapkan, jawaban dari setiap buliran kristal yang keluar diiringi dengan kegalauan, dan doa dari orang-orang terkasih yang selalu menanyakan hal yang sama.
Namanya…
Tidak, sebaiknya bukan sekarang, karena aku tak ingin mendahuluiNya.
Aku hanya ingin menikmati permainan hidup yang sudah ditulis indah oleh Sang Empunya Hidup, menceritakan indah perasaan yang sedang menguasai hati dan pikiran beberapa hari ini dan menikmati setiap perasaan campur aduk yang muncul saat dengan diam-diam aku buka timeline twitternya atau bahkan blognya yang hanya beberapa greeting paragraphs atau malah halaman facebook yang bahkan aku pun belum menjadi teman akunnya.
Memang gila, seperti ada papan besar di atas kepalaku dengan tulisan, “Are you in love, Na?”
Perasaaan yang sudah lama tidak aku rasakan, perasaan yang memerlukan banyak sekali ingredients untuk menyempurnakannya bahkan menamainya, ada bahagia karena merasakannya lagi, ada berdebar karena sensasi dari rasa kasih, ada bingung karena tak tahu apa yang dirasakan dan apa yang harus dilakukan, ada sakit karena walau terlihat dekat tapi seperti sangat sulit menjamah hatinya hingga ada benci yang amat sangat, benci padanya karena hal-hal kecil terselubung yang aku lakukan belum juga menyentuh hatinya bahkan rasa benci pada diriku sendiri karena hanya bisa diam menunggunya menyadari setiap hal kecil yang aku buat.
“Sampai kapan kau begini?”
Hatiku sudah terbuka, telah siap menerima seseorang yang aku yakin akan mengindahkan duniaku dan akan kuindahkan pula dunianya, siap menerima setiap hal yang akan mengindahkan dunia kami dengan cerita-cerita kasih yang membaikkan dunia kami, siap untuk selalu belajar mencintai, bahwa mencintai itu saling membahagiakan, bukan hanya membahagiakanku atau membahagiakannya, siap untuk memahami bahwa hanya dengan kasih kita bisa disebut hidup karena kasih adalah memberi hidup. Sampai Tuhan mendatangkan malaikat tanpa sayapNya, sampai Tuhan akhirnya berkata, “Na, berkasih dan hiduplah dengannya.”
Melihat harapan itu di matanya, aku seperti merasakan bau hujan warna-warni yang akan menebarkan cinta, tapi bilapun bukan dia, biarlah itu menjadi pertanda turunnya hujan warna-warni dari sisi langit yang berbeda.
Aku selalu menantikan jawabanMu Tuhan, dengan Ya, Kau akan memberikan apa yang aku mau, dengan Tidak, Kau akan memberikan yang lebih baik atau dengan Tunggu, Kau akan memberikan yang  paling baik.
Untuk seseorang yang telah mencuri tempat kecil di hatiku, aku yakin, seseorang akan merasakan hal yang sama saat di tempat lain dengan tulus mengingatmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar